Bagaimana Ukuran Magnitudo Gempa Bumi? Simak di Sini! - Siaga | Cerdas & Informatif

Breaking

Post Top Ad


Post Top Ad



Sabtu, 24 Mei 2025

Bagaimana Ukuran Magnitudo Gempa Bumi? Simak di Sini!


SIAGA-FM
– Ada sejumlah cara untuk mengukur besarnya gempa bumi. Sebagian besar skala didasarkan pada amplitudo gelombang seismik yang terekam pada seismometer. Gelombang seismik adalah rambatan energi yang menyebar melalui Bumi, baik di permukaan maupun di dalam, yang disebabkan oleh gempa bumi atau aktivitas geologis lainnya.

 

Skala amplitudo gelombang seismik memperhitungkan jarak antara gempa bumi dan seismometer yang merekam, sehingga besarnya gempa yang dihitung akan sama di mana pun gempa tersebut diukur. Skala lain didasarkan pada ukuran fisik patahan gempa dan jumlah pergeseran yang terjadi.

 

Lalu, ada juga ukuran intensitas guncangan gempa bumi. Intensitas dari satu gempa bumi sangat bervariasi dari satu tempat ke tempat lain.

 

Apa perbedaan antara besarnya gempa dan intensitas? Video berdurasi 8 menit ini menggunakan analogi bola lampu untuk menjelaskan bagaimana gempa bumi dapat memiliki intensitas yang berbeda di tempat yang berbeda.

 

Lalu ukuran getaran gempa bumi yang kita rasakan? Beberapa skala ini dijelaskan secara lebih rinci di bawah ini.

 

1.    Skala Richter

Metode pertama yang banyak digunakan, skala Richter, dikembangkan oleh Charles F. Richter pada tahun 1934. Skala ini menggunakan rumus berdasarkan amplitudo gelombang terbesar yang terekam pada jenis seismometer tertentu dan jarak antara gempa bumi dan seismometer.

 

2.    Skala Magnitudo

Saat ini skala magnitudo, disingkat MW, lebih disukai karena dapat digunakan untuk berbagai ukuran gempa bumi dan dapat diterapkan secara global. Skala magnitudo didasarkan pada total pelepasan momen gempa bumi. Momen adalah hasil kali jarak patahan yang bergerak dan gaya yang dibutuhkan untuk menggerakkannya.

Skala ini diperoleh dari pemodelan rekaman gempa bumi di beberapa stasiun. Estimasi magnitudo, hampir sama dengan skala Richter untuk gempa bumi kecil hingga besar. Namun, hanya skala magnitudo yang mampu mengukur M8 (baca "magnitudo 8") dan kejadian yang lebih besar secara akurat.

Magnitudo didasarkan pada skala logaritmik (basis 10). Artinya, untuk setiap angka bulat yang anda naikkan pada skala magnitudo, amplitudo gerakan tanah yang direkam oleh seismograf naik sepuluh kali lipat. Dengan menggunakan skala ini, gempa bumi berkekuatan 5SR akan mengakibatkan guncangan tanah sepuluh kali lebih besar daripada gempa bumi berkekuatan 4SR (dan energi yang dilepaskan sekitar 32 kali lebih banyak).

Untuk memberi gambaran tentang jumlah angka ini, bayangkan dalam bentuk energi yang dilepaskan oleh bahan peledak: gelombang seismik berkekuatan 1SR melepaskan energi sebanyak meledakkan 6ons TNT. Gempa bumi berkekuatan 8SR melepaskan energi sebanyak meledakkan 6 juta ton TNT.

Cukup mengesankan, ya? Untungnya, sebagian besar gempa bumi yang terjadi setiap tahun terlalu kecil untuk dirasakan oleh kebanyakan orang.

Skala magnitudo dapat digunakan untuk menggambarkan gempa bumi yang sangat kecil sehingga dinyatakan dalam angka negatif. Skala ini juga tidak memiliki batas atas. Untungnya, gempa bumi besar jauh lebih jarang terjadi daripada gempa bumi kecil.

 

3.    Skala Mercalli

Skala ini adalah cara lain untuk mengukur kekuatan gempa bumi adalah dengan menggunakan pengamatan orang-orang yang mengalami gempa bumi, dan jumlah kerusakan yang terjadi, untuk memperkirakan intensitasnya.

Skala Mercalli dirancang untuk melakukan hal itu. Skala asli diciptakan oleh Giuseppe Mercalli pada tahun 1902 dan dimodifikasi oleh Harry Wood dan Frank Neumann pada tahun 1931, sekarang dikenal sebagai Skala Intensitas Mercalli yang Dimodifikasi. Untuk membantu membedakannya dari skala magnitudo, skala MMI menggunakan angka Romawi.

Meskipun skala Mercalli tidak menggunakan peralatan ilmiah untuk mengukur gelombang seismik, skala ini sangat berguna untuk memahami kerusakan yang disebabkan oleh gempa bumi besar. Skala ini juga telah digunakan secara luas untuk menyelidiki gempa bumi yang terjadi sebelum ada seismometer.

Beberapa faktor yang memengaruhi jumlah kerusakan yang terjadi adalah, ukuran (magnitudo) gempa bumi, jarak dari episentrum, kedalaman gempa bumi, desain bangunan (atau struktur lainnya), dan jenis material permukaan (batu atau tanah) tempat bangunan tersebut berada.

Desain bangunan yang berbeda akan menahan gempa bumi dengan cara yang berbeda dan semakin jauh Anda dari gempa bumi, kerusakan yang biasanya Anda lihat akan semakin sedikit. Apakah bangunan dibangun di atas batu padat atau pasir akan sangat memengaruhi seberapa besar kerusakan yang dialaminya. Batu padat biasanya tidak terlalu banyak berguncang dibandingkan pasir, jadi bangunan yang dibangun di atas batu padat seharusnya tidak akan mengalami kerusakan sebanyak jika dibangun di atas tanah berpasir. (ilustrasi: ANTARA)

Tulisan ini merupakan terjemahan dari publikasi mtu.edu berjudul How Do We Measure Earthquake Magnitude?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad