SIAGA-FM –Pakar geologi dari Brigham Young University (BYU), Amerika Serikat, Prof. Ron A. Harris, ajak perkuat kesiapsiagaan ancaman bahaya seismik.
Melalui kegiatan Seismic Gap Tour yang bertajuk “Bridges Over Troubled Waters: Experiments
with Full-spectrum Geohazard Risk Reduction in Indonesia”, Harris
mengunjungi lima kota untuk menyampaikan kuliah umum, berdiskusi bersama
pemangku kepentingan, serta menyuarakan pentingnya mitigasi risiko celah
seismik dan tsunami.
Seismic Gap Tour yang didukung Direktorat Pemetaan dan
Evaluasi Risiko Bencana-BNPB, berkolaborasi bersama BMKG, HAGI, In Harm’s Way,
dan U-Inspire itu, telah berlangsung mulai 1 hingga 17 Juni 2025 di Jakarta,
Manado, Ternate, Padang, dan Bandung.
Di setiap kunjungannya di kelima kota tersebut, Harris
menyempatkan diskusi bersama para pemangku kepentingan setempat, terutama BPBD,
Stasiun BMKG, FPRB, Komunitas Tsunami Ready, dan elemen masyarakat lainnya.
Harris menjelaskan, celah seismik terbentuk saat zona subduksi terkunci dan tidak mengalami gempa dalam waktu lama. Kondisi itu bisa memicu pelepasan energi besar dan memunculkan tsunami dahsyat.
Diskusi bersama para pemangku kepentingan dan komunitas setempat bertujuan untuk memahami sejauh mana kesiapan masyarakat, khususnya di wilayah berisiko tinggi.
Seismic Gap Tour tidak hanya membangunkan kesadaran,
tetapi juga menjadi langkah awal untuk membangun ketangguhan bersama menghadapi
bencana yang bisa datang sewaktu-waktu.
Menurut Harris, kajian para ilmuwan tidak bisa hanya
menjadi bahan bacaan saja, namun harus dapat ditransfer kepada masyarakat.
Baginya memahami tanda-tanda alam dan mampu melakukan evakuasi mandiri tanpa
harus menunggu instruksi dari otoritas adalah kunci penyelamatan.
Sistem peringatan dini paling efektif adalah pengetahuan
risiko yang tertanam dalam diri dan menjadi respon menyelamatkan diri. Dengan
pemahaman terhadap potensi bahaya, rencana evakuasi yang jelas, serta
penyediaan tempat evakuasi yang tahan gempa dan tsunami.
Prof. Harris percaya lebih banyak nyawa dapat
diselamatkan. Indonesia memang hidup di wilayah yang rawan, tapi bukan berarti
masyarakat harus hidup dalam ketakutan.
Seismic Gap Tour bukanlah sekedar perjalanan ilmiah,
melainkan panggilan bagi Indonesia untuk lebih siap menghadapi bencana yang
tidak dapat diprediksi.(source: bnpb)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar