Kesiapsiagaan Bencana Elemen Warga, Sekolah Jadi Salah Satu Ujung Tombak - Siaga | Cerdas & Informatif

Breaking

Post Top Ad


Post Top Ad



Sabtu, 05 Juli 2025

Kesiapsiagaan Bencana Elemen Warga, Sekolah Jadi Salah Satu Ujung Tombak


SIAGA
-FM
– Kesiapsiagaan bencana merupakan aspek krusial dalam pengurangan risiko bencana.

 

Indonesia merupakan salah satu negara dengan risiko bencana tertinggi di dunia. Letak geografis Indonesia di Cincin Api Pasifik, menjadikannya rawan terhadap berbagai jenis bencana seperti gempa bumi, tsunami, letusan gunung api, dan banjir.

 

Oleh karena itu, kesiapsiagaan bencana bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga seluruh elemen masyarakat, termasuk sektor pendidikan.

 

Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), lebih dari 50% sekolah di Indonesia berada di daerah rawan bencana. Hal ini menegaskan urgensi pengarusutamaan manajemen risiko bencana dalam dunia pendidikan sebagai strategi perlindungan generasi muda.

 

Kesiapsiagaan Bencana: Konsep dan Pentingnya

 

Kesiapsiagaan bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui perencanaan, pelatihan, dan penyediaan sarana-prasarana yang dibutuhkan agar dapat merespon secara efektif saat bencana terjadi (UNISDR, 2015). Hal ini mencakup edukasi, simulasi, dan penguatan sistem peringatan dini.

 

Menurut Wisner et al. (2004) dalam bukunya At Risk, kesiapsiagaan merupakan bagian dari siklus manajemen risiko bencana yang mencakup mitigasi, tanggap darurat, dan pemulihan. Tanpa kesiapsiagaan yang memadai, potensi korban jiwa dan kerugian akan jauh lebih besar.

 

Khusus pada elemen pendidikan, sekolah bukan hanya tempat belajar, tetapi juga merupakan institusi sosial yang strategis dalam membangun kesadaran kolektif. Penanaman pengetahuan dan keterampilan kesiapsiagaan bencana sejak dini dapat membentuk budaya siaga yang berkelanjutan.

 

Menurut UNESCO (2014), pendidikan kebencanaan harus menjadi bagian integral dari kurikulum agar siswa memiliki literasi risiko yang tinggi. Hal ini tidak hanya melindungi peserta didik, tetapi juga menjadikan mereka agen perubahan di lingkungan masing-masing.

 

Anak-anak merupakan kelompok paling rentan saat bencana. Oleh karena itu, penting untuk menciptakan sekolah aman bencana yang mengacu pada tiga pilar: bangunan fisik yang aman, manajemen risiko bencana yang terintegrasi, dan pendidikan kebencanaan yang efektif (UNDRR, 2017).

 

Sementara itu, guru memiliki peran strategis sebagai fasilitator dan model kesiapsiagaan. Menurut penelitian oleh Nugraheni et al. (2021), pelatihan kesiapsiagaan bagi guru terbukti meningkatkan kemampuan mereka dalam merancang dan melaksanakan simulasi evakuasi serta memberikan edukasi risiko yang kontekstual.

 

Peran Elemen Masyarakat dalam Mendukung Sekolah Siaga Bencana

 

Kesiapsiagaan bencana tidak dapat berjalan sendiri tanpa dukungan masyarakat luas. Berikut beberapa elemen yang memiliki peran penting: Pertama, Pemerintah Daerah. Pemda bertugas menyediakan regulasi, anggaran, serta pendampingan teknis bagi sekolah.

 

Kedua, Orangtua dan Komite Sekolah, dapat mendukung upaya sekolah dalam menyiapkan logistik dan infrastruktur evakuasi. Ketiga, Organisasi Masyarakat Sipil dan LSM dapat berperan dalam edukasi, pelatihan, serta kampanye kesiapsiagaan.

 

Keempat, Dunia Usaha. Dunia usaha dapat terlibat aktif menunjang hadirnya kesiapsiagaan di institusi pendidikan dalam bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) yang mendukung program pendidikan siaga bencana.

 

Kesiapsiagaan bencana di sektor pendidikan bukan lagi pilihan, melainkan sebuah kebutuhan mendesak dalam konteks kebencanaan di Indonesia. Melalui kolaborasi lintas sektor dan pengarusutamaan pendidikan kebencanaan di sekolah, kita tidak hanya menyelamatkan nyawa, tetapi juga membangun generasi yang tangguh dan sadar risiko.

 

Sumber bacaan:

1. UNISDR. (2015). Sendai Framework for Disaster Risk Reduction 2015–2030.

2. UNESCO. (2014). Global Assessment Report on Disaster Risk Reduction.

3. Wisner, B., Blaikie, P., Cannon, T., & Davis, I. (2004). At Risk: Natural Hazards, People's Vulnerability and Disasters (2nd ed.). Routledge.

4. UNDRR. (2017). Comprehensive School Safety Framework.

5. Nugraheni, P., Sutopo, H., & Rachmawati, D. (2021). “Pengaruh Pelatihan Kesiapsiagaan Bencana terhadap Kompetensi Guru di Sekolah Dasar Rawan Bencana”. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 26(2), 112–123.

6. BNPB. (2023). Data Risiko Bencana Indonesia. Jakarta: BNPB.

Penulis: Nova Indra (Pimred SiagaFM.Com/Anggota RAPI)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad