Jiwa-jiwa Miskin di Tengah Kerentanan dan Potensi Bencana - Siaga | Cerdas & Informatif

Breaking

Post Top Ad


Post Top Ad


Rabu, 25 Juni 2025

Jiwa-jiwa Miskin di Tengah Kerentanan dan Potensi Bencana


SIAGA
-FM
– “Hanya jiwa yang miskin yang tidak peduli pada kondisi alam, bencana, dan segala kemungkinan terburuk bagi kehidupan manusia di atas hamparan bumi ini.”

 

Ungkapan itu, sekiranya layak diapungkan di tengah-tengah menjamurnya bencana di hampir seluruh daerah di tanah air. Banjir, longsor, gempa bumi, pergerakan tanah, hingga erupsi gunung api, terus memakan sejumlah korban. Jiwa melayang, harta benda ludes tak bersisa, menjadi cerita keseharian di negeri yang gemah ripah loh jinawi ini.

 

Siapa yang peduli? BNPB dengan segala beban dan tanggungjawabnya, BMKG dengan kesiapan prakiraan para ilmuannya, SAR dengan semua amanah operasi kemanusiaan. Semua elemen kebencanaan di daerah pun menjalankan tugas dengan segenap kemampuan.

 

Lalu apa itu jiwa jiwa yang miskin di tengah kerentanan daerah dan potensi bencana yang terus mengintai? Mereka adalah kita! Kita yang terus berpangku tangan dan hanya tersenyum ketika menyaksikan alam berkecamuk dengan semua amarahnya. Kita, yang setiap waktu masih bisa tertawa riang saat berada di lempeng bumi yang terus bertumbukan. Kita, yang sumringah melihat gunung api terus melontarkan abu vulkanik, menontonnya dengan suka cita.

 

Jiwa-jiwa yang miskin di tengah kerentanan dan potensi bencana, mungkin adalah kita yang sedang membaca! Kita yang merasa setiap ajakan untuk mawas diri, kita yang setiap waktu disuguhi berita-berita bencana yang telah merenggut kenyamanan hidup saudara-saudara sebangsa.

 

Kapan lagi kita berbuat? Seorang kenalan di sebuah organisasi menjawab, “Tidak perlu terlalu bersemangat untuk urusan seperti ini, karena sudah ada para petugas yang digaji oleh negara untuk menjalankan tanggungjawab.”

 

Ungkapan miris dari seorang kenalan itu menggambarkan betapa miskinnya jiwa jiwa kita. Andai saja, ketika bencana itu datang menghampiri, di tengah lelapnya tidur yang melenakan, dan kita tidak dapat menyelamatkan orang-orang yang kita cintai dan sayangi, kepada siapa kata ‘salah’ akan kita alamatkan? Kepada petugas? Kepada Tuhan? Atau kita akan mengumpat diri yang selama ini tidak pernah peduli?

 


Sekolah, madrasah, organisasi, lembaga, pasar, dan semua tempat yang sehari-hari dihuni dan didiami oleh banyak orang, dan kita adalah bagian di dalamnya, suatu ketika akan menjadi sasaran empuk peringatan dan teguran Tuhan berupa bencana. Sudahkah kita siap? Alih-alih peduli, mungkin yang terjadi adalah keluarnya umpatan saat terlambatnya mereka yang kita cap sebagai petugas yang digaji oleh negara.

 

Kita bisa saksikan, masih ada mereka yang mengemban amanah di lini-lini tertentu, entah karena lupa atau memang sengaja hnya sekadar mencomot salah satu jabatan untuk dilekatkan ke diri sendiri. Lalu diam tanpa gerak, menyebut bahwa kita adalah bagian dari orang-orang yang tahu dan cerdas urusan mitigasi, paham akan informasi, ternyata tidak menggunakannya sebagai jalan pengabdian untuk kemanusiaan, akan ada saatnya kita hadapi situasi entah menjadi korban atau kehilangan mereka yang kita sayangi ketika bencana itu datang tanpa henti.

 

Jiwa yang miskin dari kepedulian, tidak datang dari mereka yang kurang paham saja, kita yang merasa pintar dan memiliki amanah yang diemban pun kadang melupakan hal itu. Jiwa yang kita kira kaya dengan informasi, jabatan melekat pula di diri ini, tetapi terus saja melenggang dengan nyaman dan senyum sumringah sepanjang hari, suatu ketika akan dilumat oleh alam, menjatuhkan kesombongan yang kita kira akan melindungi.

 

Tetaplah berada dalam koridor yang sesuai dengan ketetapan Ilahi. Hidup yang sementara ini, sebagian waktunya kita sisihkan untuk sebuah kepedulian, sebuah pengabdian pada nilai-nilai kemanusiaan. Bukan hanya mengambil jabatan di organisasi, di lembaga-lembaga dan ruang-ruang mewah yang bisa saja tiba-tiba hancur seketika karena alam menunjukkan angkaranya pada manusia-manusia yang jiwanya miskin. (*)

Penulis: Nova Indra (Anggota RAPI – JZ03AQP)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad