SIAGA-FM – Jumlah desa rawan bencana meningkat dari 2.742 menjadi 5.254 desa di Jawa Timur. Jumlah desa rawan bencana tersebut berdasarkan kondisi terbaru di lapangan berdasarkan catatan BPBD Jatim di akhir 2024.
Longsor di Trenggalek beberapa waktu lalu. Foto: BPBD
Jatim
Kepala
Pelaksana (Kalaksa) BPBD Jatim Gatot Soebroto mengatakan, lonjakan ini
disebabkan oleh berbagai perubahan kondisi di wilayah. Banyak desa yang
sebelumnya tidak masuk kategori rawan, kini diklasifikasikan sebagai daerah berisiko
tinggi.
“Update data ini kita lakukan setelah
koordinasi dengan teman-teman Kalaksa (Kabupaten/Kota). Banyak desa yang
awalnya tidak rawan, kini masuk kategori risiko tinggi karena terjadi bencana
atau perubahan fungsi lahan,” terang Gatot, Minggu (29/6) kemarin.
Ia mencontohkan
wilayah Trenggalek, yang dulunya tidak pernah mengalami longsor, namun kini
menjadi langganan bencana tersebut. Hal ini membuat status wilayah ditingkatkan
menjadi daerah dengan risiko tinggi.
Selain longsor,
beberapa daerah juga mengalami bencana banjir yang sebelumnya tidak pernah
terjadi. Perubahan iklim, alih fungsi lahan, dan pembangunan wilayah turut
mempengaruhi peningkatan potensi bencana.
Karena itu,
BPBD Jatim akan memperluas cakupan pembentukan Desa Tangguh Bencana (Destana)
sebagai upaya memperkuat kesiapsiagaan masyarakat di daerah berisiko tinggi.
Destana
merupakan program yang bertujuan untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan kemampuan
masyarakat desa/kelurahan dalam menghadapi bencana.
Program ini
melibatkan pengenalan ancaman bencana, penilaian risiko, penyusunan rencana
aksi, dan peningkatan kapasitas masyarakat untuk mengurangi dampak bencana.(ist)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar