SIAGA-FM – Longsoran lumpur dan es dari Pegunungan Alpen meratakan sebagian besar wilayah desa Blatten Swiss pada Rabu (28/5/2025).
"Sekitar 90 persen desa tertutup atau hancur, jadi ini adalah bencana besar yang terjadi di sini di Blatten," kata kepala keamanan di wilayah selatan Valais, Stephane Ganzer, dikutip dari Euro News, Kamis (29/5/2025).
Tetapi ada hal menarik yang menjadi sorotan banyak pihak di dunia. Pemerintah setempat sigap dengan langkah mitigasi. Warga desa telah menerima peringatan dini potensi tanah longsor sejak sepekan sebelumnya, sehingga mereka memiliki waktu yang cukup untuk mengungsi.
Dikabarkan, hanya satu orang yang dilaporkan hilang dalam bencana itu. Ia diketahui memilih untuk tetap tinggal di rumahnya.
Mengapa Swiss bisa sesiap itu untuk urusan mitigasi? Swiss bisa menjadi contoh kisah sukses peringatan dini. Dikutip dari DW, Jumat (30/5/2025), pemerintah setempat menggunakan berbagai teknologi dan metode untuk menilai risiko yang dapat mengancam jiwa.
Langkah itu termasuk adanya pemetaan medan dan pemantauan berkelanjutan terhadap curah hujan, pencairan lapisan es, permukaan air tanah, pergeseran tektonik, dan pergerakan tanah. Data ini memungkinkan pihak berwenang untuk memelihara peta risiko bahaya di seluruh negeri.
"Setiap komunitas di Swiss yang terdampak oleh bahaya memiliki peta bahaya. Peta tersebut diwajibkan oleh pemerintah federal untuk area tempat tinggal penduduk," kata geomorfologis Swiss Brian McArdell.
Mitigasi di Sumbar
Lalu bagaimana kita bisa belajar dari kesuksesan negara lain dalam hal mitigasi kebencanaan? Khusus di Sumatra Barat yang disebut sebagai salah satu etalase bencana, langkah mitigasi seperti itu sebenarnya bukan sesuatu yang mustahil.
“Pemerintah daerah perlu melakukan pemetaan ini. Perlu investasi di bidang mitigasi kebencanaan. Kita tidak boleh lengah urusan ini, dan jangan menganggap investasi mitigasi menjadi beban yang menimbulkan kerugian,” demikian sebut Nova Indra, Direktur lembaga Pusat Pengkajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (P3SDM) Melati saat bincang-bincang dengan tokoh masyarakat di Batusangkar, Minggu (1/6 /2025) siang.
Pria yang konsen dalam pengembangan literasi kebencanaan itu mengatakan, dengan adanya langkah-langkah yang jelas dalam hal mitigasi, saat terjadi bencana, semua telah siap lebih dini.
“Bukan hanya pemerintah, elemen warga pun akan lebih siap dalam menyikapi dan lebih waspada dengan segala kesiapsiagaan,” imbuhnya.
Menurut Nova, sudah saatnya bidang mitigasi bencana di negeri diberikan pendanaan yang lebih. “Jangan ada relaksasi anggaran pada bidang mitigasi kebencanaan. Kalau itu tetap dilakukan, maka akan lebih banyak dana dibutuhkan saat tanggap darurat dan recovery. Lebih baik kita investasikan di awal,” pungkasnya. (*/Foto: REUTERS/Stefan Welmuth)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar