SIAGA-FM – Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengungkapkan, peringatan dini bencana yang disampaikan pihaknya kerap diabaikan oleh masyarakat, meski informasi tersebut sudah disampaikan jauh sebelum kejadian.
Menurutnya, masih banyak warga yang tidak segera
melakukan evakuasi atau langkah penyelamatan diri meski telah menerima
informasi siaga.
“Peringatan dini sudah diterima, aparat setempat sudah
menyampaikan siaga, tapi ada yang malah tidur lagi. Padahal harusnya menjauh
dari tempat itu,” kata Dwikorita saat ditemui di Jiexpo, Jakarta, Rabu
(13/8/2025).
Ia menambahkan, tantangan terbesar adalah mengubah
perilaku masyarakat agar segera bergerak saat menerima peringatan.
“Bencana itu sering terjadi malam-malam saat kita
mengantuk, atau ketika liburan dan sedang senang-senangnya. Padahal sudah ada
rekomendasi, misalnya menjauh dari pantai jika ada potensi tsunami,” ujarnya.
Dwikorita mencontohkan, peringatan tsunami akibat gempa
di Rusia sempat diberikan enam jam sebelum gelombang tiba, sehingga masyarakat
seharusnya memiliki cukup waktu untuk evakuasi.
“Kalau (peringatan bencana) hanya kurang 3 jam, itu kan
kadang-kadang berat, apalagi kurang 30 menit,” lanjutnya.
Dwikorita menegaskan bahwa BMKG selalu memprediksi
potensi cuaca buruk sejak sepekan sebelumnya melalui analisis dan pemodelan
berbasis data monitoring. Informasi tersebut diperbarui secara berkala setiap
tiga jam jika terjadi perubahan fenomena.
“Peringatan dini kami sampaikan lewat SMS bagi yang
berada di wilayah terdampak, aplikasi Info BMKG, media sosial, website, radio,
hingga televisi. Tinggal diikuti saja,” jelasnya.
Selain memberikan informasi, BMKG juga berkoordinasi
dengan BNPB, BPBD, Menko PMK, dan pemerintah daerah untuk mempersiapkan langkah
mitigasi.
Contohnya, jika hujan diprediksi dengan curah lebih dari
150 milimeter, dilakukan modifikasi cuaca atau pengerukan sungai untuk mencegah
banjir.
Namun, Dwikorita menekankan bahwa kesiapsiagaan
masyarakat tetap menjadi kunci.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar