SIAGA-FM – Indonesia adalah salah satu negara paling rawan bencana di dunia, terletak di pertemuan tiga lempeng tektonik aktif: Eurasia, Indo-Australia, dan Pasifik.
Sumatra adalah salah satu wilayah paling rentan terhadap
bencana. Dan Kota Padang Panjang secara geologis, berada di jalur Patahan Besar
Sumatra (Great Sumatran Fault), zona sesar aktif yang kerap memicu gempa besar.
Patahan Besar Sumatra terbentang tepat melewati daerah in. Patahan tersebut berpotensi
memicu gempa berkekuatan besar yang dapat merusak infrastruktur vital, termasuk
sekolah dan madrasah.
Penelitian Badan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG, 2021) mencatat, patahan ini
menyimpan akumulasi energi tektonik signifikan yang sewaktu-waktu dapat
dilepaskan dalam bentuk gempa bumi
Daerah ini juga berada dalam kawawan rawan bencana erupsi
dari Gunung Api Marapi, yang dalam beberapa tahun terakhir mengalami
peningkatan aktivitas. Hal itu menambah kompleksitas risiko bencana di kawasan
ini.
Gunung Api Marapi, hanya berjarak sekitar 11 km dari
Padang Panjang, tercatat sebagai gunung api aktif dengan aktivitas erupsi yang
masih berlangsung hingga kini (PVMBG, 2024). Sumber bahaya dari Marapi meliputi
awan panas, hujan abu vulkanik, hingga aliran lahar dingin saat musim hujan.
Selain itu, topografi perbukitan Padang Panjang,
memperbesar risiko bencana ikutan, seperti longsor dan banjir bandang yang
dapat memutus akses transportasi dan evakuasi. Dengan curah hujan yang tinggi
setiap tahunnya, bencana hidrometorologi termasuk ancaman yang tidak dapat
dikesampingkan.
Dalam konteks ini, sangat
tepat dilakukan penguatan pendidikan kesiapsiagaan bencana, bahkan menjadi kebutuhan
strategis. Salah satu program penguatan itu adalah penerapan Madrasah
Siaga Bencana (MSB) sebagai program pendidikan berbasis mitigasi bencana di lingkungan madrasah.
Madrasah Siaga
Bencana merupakan inisiatif strategis Kementerian Agama Republik Indonesia
untuk membangun budaya sadar bencana di lingkungan madrasah. MSB tidak hanya
memberikan pemahaman teori, tetapi juga melatih keterampilan praktis menghadapi
situasi darurat.
MSB memegang
setidaknya tiga fungsi utama: Pertama,
pendidikan kesiapsiagaan sejak dini.
Madrasah di kawasan rawan bencana harus
mengintegrasikan materi mitigasi bencana ke dalam kurikulum.
Pengetahuan tentang
gempa bumi, gunung api, dan evakuasi darurat tidak boleh sekadar teori,
melainkan harus diwujudkan dalam simulasi berkala, penataan jalur evakuasi,
serta pembentukan tim tanggap bencana di madrasah.
Kedua, mengurangi risiko bencana (Disaster
Risk Reduction - DRR). Melalui MSB,
madrasah dapat menjadi zona aman (safe
zone) bagi siswa.
Penataan
infrastruktur tahan gempa, penyediaan alat pelindung pernapasan (masker) untuk
erupsi gunung api, serta papan petunjuk evakuasi dan titik kumpul yang jelas,
menjadi bagian dari upaya mengurangi risiko bencana.
Ketiga, Mengembangkan budaya siaga dan responsif. Lebih dari sekadar latihan rutin, MSB membentuk budaya siaga yang melekat pada perilaku sehari-hari warga madrasah. Ini penting, sebab penelitian menunjukkan bahwa individu yang terlatih secara mental dan fisik lebih mampu bertindak cepat dan tepat dalam situasi darurat (UNDRR, 2020).
Lalu apa manfaat kehadiran Madrasah Siaga Bencana? Implementasi MSB di Padang Panjang tentu saja
akan membawa manfaat strategis dalam jangka panjang.
1. Ketahanan
Sosial Masyarakat
Siswa madrasah adalah bagian dari komunitas lokal. Kesiapsiagaan yang
dibangun di madrasah akan menular ke keluarga dan masyarakat sekitarnya,
menciptakan lingkaran ketahanan sosial (community
resilience).
2. Perlindungan
Aset Pendidikan
Data BNPB (2019) menunjukkan, bangunan sekolah/madrasah seringkali
mengalami kerusakan berat pasca-gempa. Dengan pendekatan MSB, desain dan
penataan ruang madrasah bisa disesuaikan dengan standar aman bencana.
3. Pengurangan
Risiko Korban Jiwa
Berdasarkan riset IFRC (2018), kesiapan individu dalam menghadapi bencana
mampu menurunkan potensi korban jiwa hingga 60%. MSB dapat menjadi alat vital
dalam pencapaian target ini.
4. Peningkatan
Literasi Bencana
Anak-anak yang terbiasa memahami risiko bencana, akan tumbuh menjadi
generasi dewasa yang lebih sadar lingkungan, adaptif, dan proaktif dalam
mitigasi bencana. Ini adalah investasi jangka panjang untuk ketahanan bangsa.
Untuk mengimplementasikan
MSB yang kini telah terbentuk di Kota Padang Panjang, tantangan yang perlu
diatasi adalah persoalan-persoalan peralatan dan membentuk literasi yang cukup
di kalangan warga madrasah melalui program-program yang tepat. Selain itu,
sinergi dengan leading sector
terkait, dibutuhkan secara berkelanjutan.
Kesimpulannya, Madrasah
Siaga Bencana di Kota Padang Panjang bukanlah pilihan, melainkan kebutuhan
mutlak. Dengan posisi geografis yang rentan terhadap gempa dan letusan gunung
api, program MSB berperan penting dalam mencetak generasi tangguh, membangun
budaya sadar bencana, dan melindungi aset pendidikan dari ancaman alam.
Dukungan penuh dari
pemerintah, pemangku kepentingan pendidikan, serta masyarakat menjadi kunci
keberhasilan pelaksanaan program ini. Melalui MSB, Padang Panjang dapat menjadi
model kota kecil di Indonesia yang tangguh terhadap bencana, sekaligus pelopor
dalam pendidikan mitigasi bencana berbasis madrasah, sekaligus meningkatkan
indeks risiko bencana (IRB). (*)
Penulis:
Nova Indra - Direktur Pusat Pengkajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (P3SDM)
Melati, Penulis Buku Langkah Strategis Mitigasi Bencana Kota Padang Panjang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar